Tetapi apakah teknologi komunikasi sekarang hanya sebatas untuk berkomunikasi semata? mungkin pada era orde baru iya, tetapi pada era digital ini hampir semua masyarakat telah mengenal smartphone. Dan apa saja yang bisa dilakukan smartphone jelas lebih banyak dari handphone, di era digital ini semua sangat terbantu dengan smartphone dari pencarian informasi, bisnis. industri, jasa, transportasi, berbelanja, transaksi, melakukan booking, dan masih banyak lagi. Yang mungkin seiring berkembangnya jaman akan muncul inovasi terbaru lagi.
Penggunaan teknologi komunikasi memang memiliki banyak manfaat, tetapi disisi lain juga dapat merugikan. Siapa yang dirugikan? siapa yang salah? teknologi? ataukah pribadi masing-masing. .
Dalam pembahasan kali ini, ada teori yang dinamakan "The Umbrella Perspective" yang dikemukakan oleh August E. Grant.
August E. Grant adalah seorang professor dari University of South Caroline, beliau adalah pencetus pandangan teknologi komunikasi terhadap masyarakat dalam bukunya berjudul Introduction to Communication Technologies.
Level 1: hardware & software (Pemilihan Teknologi)
Hardware menjadi bagian yang paling nyata di dalam sistem teknologi dan komunikasi kelihatannya memang berkembang seiring dengan perkembangan perangkat kerasnya. Meski demikian, memahami teknologi komunikasi memerlukan lebih dari sekedar belajar tentang hardware. Ada yang lebih penting yaitu memahami message komunikasi melalui sistem teknologi yang berkembang. Yangdimaksud “messages” di sini lebih pada “software”.
Pada bagian perangkat lunak tidak hanya berupa aplikasinya saja, melainkan yang dimaksud disini adalah pesan yang juga ada didalamnya. Internet merupakan salah satu perangkat lunak yang sangat dekat dengan masyarakat saat ini, karenanya kita tidak boleh melihatnya secara penuh hanya sebagai perangkat lunak, tetapi kita juga harus melihat konten/ isi pesan dari apa yang kita temukan di internet.
Misalnya dalam memakai televisi kabel berlangganan, individu akan mililah dan memutuskan yang mana saja yang akan dia tonton dan komsumsi. Apakah konten yang di dapatkan baik atau buruk. Itu tegantung apa yang di konsumsi, karena dalam penggunaan TV kabel kita dapat melihat channel-channel internasional yang mungkin isi kontenya tidak memenuhi kriteria "Lembaga sensor televisi" di indonesia. Seperti kekerasan, pornografi, hal yang tidak etis dan sebagainya. tetapi disisi lain juga memiliki manfaat dalam menerima informasi atau berita yang tidak bisa kita temukan di channel nasional.
LEVEL 2: Organizational Infrastructure (Peraturan)
Membuat batas yang wajar, dimana pada level ini semuanya ditangani oleh pemerintah. Dalam menyediakan kebijakan dan peraturan. Menentukan standar, apa saja yang layak digunakan ileh masyarakat.Dalam hal ini tingkatan yang kedua merupakan lembaga yang terlbiat dalam produksi dan distribusi teknologi. Misalnya dalam suatu pengembangan teknologi smart phone yang di produksi dan didistribusikan oleh instansi-instansi tertentu.
Contoh kenapa Telegram bisa diblokir di indonesia? Ternyata setelah maraknya kasus pengeboman di sarinah pada tahun 2016 lalu, ternyata aplikasi sering digunakan oleh teroris karena aplikasi ini memiliki fitur penghacur chat secara otomatis, dimana semua percakapan yang dilakukan akan terhapus secara otomatis bahkan hingga ke akar-akarnya (server) sehingga ini menyulitkan pemerintah untuk melacak mereka, dan juga kantor pusatnya pun tidak ada di indonesia.
Jadi karena itulah pemerintah membuat peraturan dan kebijakan dalam masuknya teknologi ke suatu negara. Apakah teknologi yang digunakan masyarakat bisa dimanfaatkan atau malah menjadi petaka di tengah-tengah masyarakat.
LEVEL 3: SOSIAL SISTEM (NILAI NORMA)
Pada level ini. Sang individu sendirilah yang menentukan batas wajar dalam penggunaan teknologi agar tidak kebablasan. Beberapa orang akan mengikuti atau membuat peraturan yang ada. Karena jika tidak ada peraturan atau terlalu bebaas maka manfaat teknologi yang dipakai akan kebablasan.Misalkan dalam lingkungan keluarga, seorang anak diberikan smartphone karena tugas-tugas yang diberikan oleh sang guru harus menggunakan internet. Tetapi apakah itu bagus diberikan kepada anak-anak ato tidak? Selang beberapa hari setelah anak tersebut diberikan ponsel, sang anak sudah mulai kecanduan bermain game dan bahkan terus bermain smartphone hingga tengah malam. Alhasil sang anak sering terlambat masuk sekolah dan tidak fokus pada pelajaran yang diberikan.
Jadi disini siapakah yang salah? Si anak atau orang tuanya ? Menurut saya pribadi sih dua-duanya salah. Karena seharusnya anak tersebut diberikan batas kapan saja harus diberikan bermain smartphone. Misalkan hanyak boleh digunakan saat ada PR/Tugas dari sekolah, dan hanya boleh dizinkan bermain smartphone pada hari libur saja.
0 komentar:
Posting Komentar