Selasa, 31 Juli 2018

ORANG BUTA KINI BISA MELIHAT..!!!


Perkembangan teknologi sekarang memang sudah tidak ada habisnya, bahkan jaman sekarang teknologi sudah dapat berkembang sangat pesat disetiap detik hidup yang kita jalani.

Awalnya teknologi berkembang sebagai sebuah alat bantu manusia. Dan kini telah berkembang menjadi sebuah kekuatan yang dapat mengubah perilaku dan gaya hidup semua manusia. Tidak bisa dipungkiri semua sistem yang ada didunia ini sudah bergantung pada teknologi.

Dan baru-baru ini di dunia kedokteran muncul sebuah teknologi baru yang menggemparkan dunia, dimana perangkat ini dapat menjawab masalah yang sering dialami oleh tunanetra yang tidak diberkahi penglihatan dalam hidupnya.

Salah satu tim inovator bernama eSight yang memamerkan perangkat tersebut di ajang CES 2018 kemarin, mereka memamerkan ujung tombak dari kampanye 'Make Blindness History by 2020' (Menghapuskan kebutaan di tahun 2020). Namanya adalah kacamata eSight 3. eSight adalah wearable device yang memungkinkan penderita gangguan visual untuk bisa melihat normal kembali. eSight merupakan kacamata berpenampilan seperti versi kecil PlayStation VR. Seperti smart glasses atau head-mounted display, ia didesain untuk dikenakan di kepala.

Perangkat eSight 3 berkeja menggunakan kamera yang menampilkan resolusi tinggi dan prisma optik di headset untuk memulihkan penglihatan mereka dengan low vision. Kamera berkecepatan tinggi di luar bertugas ‘melihat’ dunia di sekitar sang pengguna, lalu gambar tersebut diproyeksikan ke sepasang layar OLED. Kacamata pintar ini dibekali software khusus yang berfungsi untuk mempertajam dan membersihkan gambar-gambar.

Apapun, siapapun dapat memakai eSight. Dr Brian Mech, CEO eSight menjelaskan bahwa teknologi ini memiliki peluang bekerja sukses yang lebih baik, 50 persen bekerja dengan semua kondisi.



“Ada banyak orang di luar sana seperti saya yang akan melalui pengalaman yang sama merasa sendiri, merasa terisolasi, dan tidak menjadi bagian dari dunia visual,” katanya. “Mampu berhubungan dengan orang dan keluarga Anda, dan keluar dari rumah Anda dan menjadi bagian dari dunia lagi adalah sesuatu yang saya akan berpikir semua orang ingin.”, kata Felix salah satu pemakai eSight ini

Munculnya perangkat ini bisa menjadi solusi bagi para tunanetra untuk melihat dunia tanpa  terkena biaya operasi yang mahal. Kendala terbesar bagi tim eSight buat menghilangkan kebutaan adalah ongkos produksi yang sangat mahal. Untuk memiliki satu unit kacamata pintar ini, Anda harus mengeluarkan uang sebesar US$ 10 ribu atau sekitar 150 juta rupiah. 

Itulah alasannya tim eSight melangsungkan kampanye "Make Blindness History by 2020". Karena mereka berharap untuk mendapatkan investor yang lebih banyak agar dimasa yang akan datang produk ini bisa diproduksi secara massal dengan harga yang lebih murah

Walaupun saat ini perangkat ini masih belum banyak merubah keadaan mereka bagi kalangan yang tidak mampu karena harganya yang sangat mahal, TAPI setidaknya ini dapat membantu beberapa dari mereka yang mengalami kebutaan di dunia ini.

Inovasi baru memang selalu mahal seperti saat munculnya handphone, tapi setidaknya dalam 5-10 tahun yang akan mendatang. Teknologi ini akan di produksi secara massal dengan harga yang lebih murah dimasa yang akan datang
Share:

Jumat, 27 Juli 2018

Pers Era orde baru digambarkan sebagai “Mahkota Berkarat”

Dari masa keterpurukan di era Orde Lama dengan sistem Demokrasi Terpimpin rezim Soekarno, Orde Baru diharapkan masyarakat dari berbagai elemen membawa perubahan yang lebih baik. Sayangnya, ternyata hampir nihil yang namanya kebebasan pers.

Memang pada awalnya masa Orde Baru jadi zaman pemulihan kondisi. Kondisi pasca-Orde Lama dan chaos akibat Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).

Soeharto yang mengambil alih peran strategis pemerintahan mulai mengendalikan media massa dengan mengeluarkan berbagai undang-undang dan ketentuan. Hal ini ditandai dengan ditutupnya 46 surat kabar pada 1 oktober 1965.

Pada Undang-undang tentang Prinsip-Prinsip Dasar Pers No.11 tahun 1966 berisi tentang kebebasan pers yang menjanjikan kerana pers dijamin sebagai hak-hak dasar warga negara, dan penerbitan tidak memerlukan surat izin apapu, TETAPI pada kenyataanya  setiap penerbitan surat kabar harus memiliki Surat Izin Terbit (SIT) dan Surat Izin Cetak (SIC), tanpa kedua izin tersebut, surat kabar tidak dapat dicetak.

Di era ini, masyarakat Indonesia di iming-imingi kebebasan dalam menyampaikan berbagai pendapatnya mengenai kepemimpinan Soeharto. Namun ternyata, apa yang di janjikan oleh pemerintahan orde baru tersebut hanyalah bualan belaka. Pers sebagai ujung tombak lidah masyarakat dibungkam dengan berbagai tekanan. Pers sama sekali tidak diperbolehkan untuk mengkritik dan membuat berita-berita negatif mengenai kepemimpinan saat itu. Bahkan jika ada yang membangkang, tidak segan-segan pemerintah akan mencabut izin penerbitannya.

Itu artinya di masa orde baru ini merupakan fakta nyata jika pers di Indonesia pernah di bungkam oleh pemerintah. Pers benar-benar di kontrol oleh pemerintah. Bahkan tidak tanggung-tanggung, pemerintah membuat sebuah departemen khusus pengontrolan pers dengan nama Departemen Penerangan, dengan adanya departemen ini pers diwajibkan untuk membuat berita-berita positif tentang pemerintah orde baru. Jika tidak, maka bisa dipastikan media tersebut akan ditutup (dibrendel).

Kondisi pers pada awal orde baru memang Bebas namum bertanggung jawab dalam artian pers bebas membertiakan apa saja namung bayang-bayang brendel masih mengintai. Jurnalis pun bertanya “Bebas melakukan apa? Bertanggung jawab pada siapa”. Kebijakan Soeharto terhadap pers di awal periode ini bisa dianggap sangat bebas, mirip dengan masa liberal. Di era ini pers bebas mengkritik pemerintahan orde baru, terutama masalah korupsi.

PEMBREDELAN SEMAKIN AKTIF SETELAH KEJADIAN “MALARI”

Pada 1974, setelah meledak Persitiwa Malari, sebanyak 12 penerbitan pers dibredel, melalui pencabutan Surat Ijin Terbit (SIT). Pers dituduh telah “menjurus ke arah usaha-usaha melemahkan sendi-sendi kehidupan nasional, dengan mengobarkan isu-isu seperti modal asing, korupsi, dwi fungsi, kebobrokan aparat pemerintah, pertarungan tingkat tinggi; merusak kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan nasional; menghasut rakyat untuk bergerak mengganggu ketertiban dan keamanan negara; menciptakan peluang untuk mematangkan situasi yang menjurus pada perbuatan makar.” Pencabutan SIT ini dipertegas dengan pencabutan Surat Ijin Cetak (SIC) yang dikeluarkan oleh Laksus Kopkamtib Jaya.

Pers dan wartawan yang tidak bebas, ikut mengajarkan rasa takut terhadap kebebasan pada masyarakat. Atau setidaknya mereka bersikap masa bodoh, sejauh keuntungan ekonomi masih diperoleh. Di era rezim Soeharto, sejak pertengahan 1980-an, pers Indonesia mulai mencicipi buah keuntungan era pers industri. Dalam pers industri, bisnis informasi ternyata menjanjikan keuntungan besar, dan tingkat kesejahteraan wartawan menjadi semakin baik. Namun keuntungan finansial itu berbanding terbalik dengan kepedulian sosial yang makin menumpul. Peningkatan oplah dan perolehan iklan menjadi tujuan. Akibatnya yang menjadi prioritas pers Indonesia—didukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah perolehan keuntungan, bukan kualitas berita.
Share:

Sabtu, 21 Juli 2018

Teori yang paling cocok untuk mengendalikan persepsi (sudut pandang) seseorang




AGENDA SETTING

Teori ini menyatakan dengan jelas bahwa media massa memiliki kekuatan dalam mempengaruhi dan membentuk persepsi masyarakat. Di jelaskan bahwa media massa memang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi bahkan membentuk pola pikir audience yang terkena terpaan informasinya.

Media bukan mempengaruhi pikiran masyarakat dengan memberitahu apa yang mereka pikirkan dan apa saja ide atau nilai yang mereka miliki, namun memberi tahu hal dan isu apa yang harus dipikirkan. Masyarakat luas cenderung menilai bahwa apa-apa yang disampaikan melalui media massa adalah hal yang memang layak untuk dijadikan isu bersama dan menjadi cakupan ranah publik.

Dengan begitu, masyarakat pun menilai apa yang dianggap penting oleh media adalah hal yang penting juga dan memang harus dipikirkan atau minimal mempengaruhi persepsi mereka terhadap hal tersebut.

Meski begitu, menurut McCombs dan Shaw tidak menutup pandangan yang menghargai dan meyakini bahwa audience juga memiliki kekuatannya sendiri, yaitu dengan hipotesis selective exposure. Hipotesis ini menjelaskan bahwa manusia cenderung hanya akan melihat dan membaca informasi serta berita yang sejalan dan tidak mengancam atau bertentangan dengan kepercayaan yang selama ini mereka miliki dan bangun. Hal ini menunjukkan kekuatan dan kebebasan manusia dalam memilih, menyortir, dan menerima pesan yang disampaikan oleh media massa.

Contoh yang paling nyata adalah tayangan berita di televisi. Ketika marak kasus penjambretan dimana-mana, masyarakat menerima informasi tersebut sebagai gambaran dari realitas yang terjadi sesungguhnya meski sebenarnya mereka tidak mengalaminya secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa media mempengaruhi pola pikir manusia, termasuk terhadap apa yang dianggap penting dan tidak. Informasi yang diangkat dalam media membuat manusia menganggap bahwa itu adalah hal yang penting dan layak untuk diperhatikan. Pengaruh terpaan media ini membuat munculnya opini yang beredar dalam masyarakat dan membentuk opini umum.�

TEORI KULTIVASI

Teori ini melihat bahwa apa yang ditayangkan televisi bertanggung jawab atas apa yang kita persepsikan. Apa yang diatayangkan televisi membentuk persepsi kita apa yang dilihat di dunia nyata.

Menurut Gerbner, “Dunia televisi bukan jendela atau refleksi dunia tetapi dunia itu sendiri”. Bahwa menonton televisi itu secara independen akan berkontribusi dalam membentuk konsepsi penontonnya tentang realitas sosial. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa mereka yang lebih banyak “hidup dalam dunia televisi” akan memiliki gambaran tentang “kehidupan nyata” sebagaimana yang dilihatnya dalam televisi itu

Dalam teori kultivasi ini mengenal konsep cultivation differential, yaitu perbedaan dalam pola tanggapan antara pecandu (heavy viewers) dan penonton sekadarnya (light viewers). Konsep ini digunakan untuk melihat seberapa jauh tingkat pengaruh televisi dalam membentuk sikap khalayaknya. Misalnya, dalam acara televisi, orang tua kerap digambarkan secara negatif, dan pecandu televisi, utamanya yang lebih muda, cenderung memiliki pandangan negatif terhadap kalangan tua itu ketimbang penonton sekadarnya. Kebanyakan pecandu ternyata tidak menyadari akan berbagai pengaruh menonton televisi terhadap perilaku dan nilai yang menimpa diri mereka.

Keadaan yang demikian bisa berakibat pada kepercayaan yang berlebihan terhadap, misalnya, jumlah kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat, stereotipisasi ras, kepercayaan tentang siapa yang lebih dikorbankan dalam suatu tindak kekerasan, kepercayaan tentang apa yang seharusnya dilakukan dengan identifikasi terhadap umur, gender, atau etnis, dan berbagai kepercayaan lain yang direfleksikan melalui acara televisi. Analisis kultivasi mencoba mengukur seberapa besar televisi mempengaruhi persepsi khalayak terhadap realitas – seberapa jauh program televisi menumbuhkan pemahaman kita tentang dunia.

Televisi dianggap oleh Gerbner telah mendominasi ‘lingkungan simbolik’. bahwa televisi bukan lagi sekadar jendela atau refleksi atas dunia nyata, namun televisi telah menjadi dunia itu sendiri.
Share:

Jumat, 20 Juli 2018

Manfaat dan mudharat teknologi komunikasi

Dalam menggunakan teknologi komunikasi kita tidak hanya akan berurusan dengan hardware yang digunakan tetapi juga teknologi software sebagai "pesan". Pada era digital ini sudah tidak bisa di pungkiri lagi kita sangat membutuhkan teknologi yang dapat membantu kita untuk berkomunikasi.

Tetapi apakah teknologi komunikasi sekarang hanya sebatas untuk berkomunikasi semata? mungkin pada era orde baru iya, tetapi pada era digital ini hampir semua masyarakat telah mengenal smartphone. Dan apa saja yang bisa dilakukan smartphone jelas lebih banyak dari handphone, di era digital ini semua sangat terbantu dengan smartphone dari pencarian informasi, bisnis. industri, jasa, transportasi, berbelanja, transaksi, melakukan booking, dan masih banyak lagi. Yang mungkin seiring berkembangnya jaman akan muncul inovasi terbaru lagi.

Penggunaan teknologi komunikasi memang memiliki banyak manfaat, tetapi disisi lain juga dapat merugikan. Siapa yang dirugikan? siapa yang salah? teknologi? ataukah pribadi masing-masing. .


Dalam pembahasan kali ini,  ada teori yang dinamakan "The Umbrella Perspective" yang dikemukakan oleh August E. Grant.


August E. Grant adalah seorang professor dari University of South Caroline, beliau adalah pencetus pandangan teknologi komunikasi terhadap masyarakat dalam bukunya berjudul Introduction to Communication Technologies.

Level 1: hardware & software (Pemilihan Teknologi)

Hardware menjadi bagian yang paling nyata di dalam sistem teknologi dan komunikasi kelihatannya memang berkembang seiring dengan perkembangan perangkat kerasnya. Meski demikian, memahami teknologi komunikasi memerlukan lebih dari sekedar belajar tentang hardware. Ada yang lebih penting yaitu memahami message komunikasi melalui sistem teknologi yang berkembang. Yang
dimaksud “messages”  di sini lebih pada “software”.

Pada bagian perangkat lunak tidak hanya berupa aplikasinya saja, melainkan yang dimaksud disini adalah pesan yang juga ada didalamnya. Internet merupakan salah satu perangkat lunak yang sangat dekat dengan masyarakat saat ini, karenanya kita tidak boleh melihatnya secara penuh hanya sebagai perangkat lunak, tetapi kita juga harus melihat konten/ isi pesan dari apa yang kita temukan di internet.

Misalnya dalam memakai televisi kabel berlangganan, individu akan mililah dan memutuskan yang mana saja yang akan dia tonton dan komsumsi. Apakah konten yang di dapatkan baik atau buruk. Itu tegantung apa yang di konsumsi, karena dalam penggunaan TV kabel kita dapat melihat channel-channel internasional yang mungkin isi kontenya tidak memenuhi kriteria "Lembaga sensor televisi" di indonesia. Seperti kekerasan, pornografi, hal yang tidak etis dan sebagainya. tetapi disisi lain juga memiliki manfaat dalam menerima informasi atau berita yang tidak bisa kita temukan di channel nasional.

LEVEL 2: Organizational Infrastructure (Peraturan)

Membuat batas yang wajar, dimana pada level ini semuanya ditangani oleh pemerintah. Dalam menyediakan kebijakan dan peraturan. Menentukan standar, apa saja yang layak digunakan ileh masyarakat.

Dalam hal ini tingkatan yang kedua merupakan lembaga yang terlbiat dalam produksi dan distribusi teknologi. Misalnya dalam suatu pengembangan teknologi smart phone yang di produksi dan didistribusikan oleh instansi-instansi tertentu.

Contoh kenapa Telegram bisa diblokir di indonesia? Ternyata setelah maraknya kasus pengeboman di sarinah pada tahun 2016 lalu, ternyata aplikasi sering digunakan oleh teroris karena aplikasi ini memiliki fitur penghacur chat secara otomatis, dimana semua percakapan yang dilakukan akan terhapus secara otomatis bahkan hingga ke akar-akarnya (server) sehingga ini menyulitkan pemerintah untuk melacak mereka, dan juga kantor pusatnya pun tidak ada di indonesia.

Jadi karena itulah pemerintah membuat peraturan dan kebijakan dalam masuknya teknologi ke suatu negara. Apakah teknologi yang digunakan masyarakat bisa dimanfaatkan atau malah menjadi petaka di tengah-tengah masyarakat.

LEVEL 3: SOSIAL SISTEM (NILAI NORMA)

Pada level ini. Sang individu sendirilah yang menentukan batas wajar dalam penggunaan teknologi agar tidak kebablasan. Beberapa orang akan mengikuti atau membuat peraturan yang ada. Karena jika tidak ada peraturan atau terlalu bebaas maka manfaat teknologi yang dipakai akan kebablasan.

Misalkan dalam lingkungan keluarga, seorang anak diberikan smartphone karena tugas-tugas yang diberikan oleh sang guru harus menggunakan internet.  Tetapi apakah itu bagus diberikan kepada anak-anak ato tidak? Selang beberapa hari setelah anak tersebut diberikan ponsel, sang anak sudah mulai kecanduan bermain game dan bahkan terus bermain smartphone hingga tengah malam. Alhasil sang anak sering terlambat masuk sekolah dan tidak fokus pada pelajaran yang diberikan.

Jadi disini siapakah yang salah? Si anak atau orang tuanya ? Menurut saya pribadi sih dua-duanya salah. Karena seharusnya anak tersebut diberikan batas kapan saja harus diberikan bermain smartphone. Misalkan hanyak boleh digunakan saat ada PR/Tugas dari sekolah, dan hanya boleh dizinkan bermain smartphone pada hari libur saja.

LEVEL DASAR: INDIVIDUAL USER

Sedangkan pada gagangnya adalah individu dalam hal ini berperan sebagai seorang yang memilih atau memgang, serta menunjukan hubungan yang terdapat didalamnya.Jadi, dalam hal ini kita semua sebagai individu mampu memilih sendiri media hardware maupun software yang akan kita gunakan. Maka dari itu marilah kita menjadi pengguna yang bijaksana.
Share:

Kamis, 19 Juli 2018

Perkembangan pers dan media dari era kolonial hingga sekarang

Pengiriman dan penyebaran informasi dalam bentuk jurnal awalnya digunakan oleh VOC untuk menyalurkan dan atau mendapat berita, baik dari Eropa maupun dari pos-pos perdagangan Belanda yang tersebar di Nusantara yang menurut Von Veber telah berlangsung sejak tahun 1615.Hal ini dipertegas oleh Muhtar Lubis dengan mengatakan bahwa pada tahun 1615, J.P. Coen menerbitkan Memorie de Nouvelles, sebuah jurnal cetak yang pertama di Indonesia, memuat berita dan informasi tentang VOC.

Sementara surat kabar pertama yang terbit di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles tahun 1744 oleh J.E. Jordens.Perancis dan Inggris yang pernah menyelingi kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, turut pula menerbitkan surat kabar

Perancis di bawah Daendels menerbitkan Bataviasche Zoloniale Courant. Sementara pada masa kekuasaan Inggris menerbitkan surat kabar dengan nama The Java Government Gazette.

Setelah kekuasaan Inggris berakhir (1816) di Indonesia, maka surat kabar yang terbit menjadi organ resmi pemerintah Belanda adalah Bataviasche Courant yang kemudian digantikan olehJavasche Courant.Sampai dengan terbitnya surat kabar ini ada kenampakan bahwa usaha penerbitan masih didominasi oleh pemerintah yang berkuasa. Isinya pun dapat diduga, yaitu hanya memuat berita mengenai kegiatan pemerintah.

Memasuki pertengahan abad ke-19, sudah semakin banyak surat kabar terbit di Indonesia. Bahkan kaum Indo-Belanda sudah mengusahakan penerbitan yang diperuntukkan buat kaum pribumi dan peranakan Tionghoa. Sehingga pada masyarakat kolonial sudah dikenal adanya pers yang berbahasa Melayu dan bahasa daerah.

  1. Surat kabar pertama berbahasa daerah adalah Bromartani yang terbit di Surakarta pada tahun 1855.
  2. dilanjutnya surat kabar pertama berbahasa Melayu adalah Soerat Kabar Bahasa Melajoe yang terbit di Surabaya pada tahun 1856.
Di samping itu, dikenal pula surat kabar yang berbahasa Tionghoa yang menggunakan bahasa campuran antara bahasa Melayu rendahan dengan dialek Hokkian.Seiring dengan pemberlakuan politik kolonial liberal atau dikenal sebagai politik pintu terbuka (open door policy) tahun 1970, maka dinamika persuratkabaran di Indonesia juga semakin kompleks. Kaum swasta asing Eropa (pengusaha-pengusaha penanam modal di Indonesia) semakin banyak menerbitkan surat kabar. Dalam dekade ini pula (menjelang berakhirnya abad ke-19), terdapat kemajuan di bidang jurnalistik. Kemajuan yang dimaksud adalah semakin banyaknya orang-orang pribumi dan orang-orang peranakan Tionghoa yang terlibat dalam penerbitan pers. Dengan demikian sudah lahir wartawan-wartawan pribumi (Indonesia) yang pertama. Kedudukan orang-orang ini kelak menjadi sangat penting terhadap kelahiran pers nasional.

Ciri-ciri pers pada masa kolonial
  • Dibatasi dan Diancam dengan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana
  •  Kontrol yang Keras Terhadap Pers
  • Penekanan Terhadap Pers Indonesia
  • Bersifat fasis memanfaatkan  instrumen untuk menegakan kekusaan pemerintahannya

ERA Revolusi (1945-1949)

Reiode revolusi fisik terjadi antara tahun 1945 sampai 1949. Masa itu adalah masa bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan yang berhasil diraihnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda ingin kembali menduduki Indonesia sehingga terjadilah perang mempertahankan kemerdekaan. Pada saat itu, pers terbagi menjadi dua golongan, yaitu:

  1. Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara pendudukan Sekutu dan Belanda yang selanjutnya dinamakan Pers Nica (Belanda), antara lain:  Warta Indonesia di Jakarta, Persatuan di Bandung, Sulung Rakya di Semarang, Pelita Rakyat di Surabaya, dan  Mustika di Medan
  2. Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh orang Indonesia yang disebut Pers Republik. yang muncul pada masa itu, antara lain: harian Merdeka, Sumber, Pemandangan, Kedaulatan Rakyat, Nasional dan Pedoman.
Pada masa revolusi fisik inilah Persatuan Wartawan Indonesia (PMI) dan Serikat Pengusaha Surat Kabar (SPS) lahir. Kedua organisasi ini mempunyai  kedudukan penting dalam sejarah pers Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia untuk pertama kali mengeluarkan peraturan yang membatasi kemerdekaan pers pada tahun 1948. Menurut Smith, “dalam kegembiraan kemerdekaan ini, pers dan pemerintahan bekerja bergandeng tangan erat sekali dalam seratus hari pertama masa merdeka itu”.

Pemerintahan memerlihatkan itikad baik terhadap pers dan berusaha membantunya dengan mengimpor dan mensubsidi kertas koran dan dengan memberikan pinjaman uang. Pada awalnya semua berjalan lancar, namun saat pers mulia bertindak dengan menyerang pemerintahan dan tokoh-tokoh masyarakat sampai pada presiden sendiri, tampaknya pemerintah yang baru ketika itu belum dapat menerima kritikan yang pedas.

Sesuai dengan fungsi, naluri, tradisinya, pers harus menjadi penjaga kepentingan publik. Pers telah menyampaikan pesan-pesan yang diperlukan oleh yang terlampau berat, sehingga pemerintah mulai memukul balik pers. Konflik keduanya berkembang menjadi pertentangan permanen dan pers dipaksa tunduk di bawah kekuasaan pemerintah.

Untuk menangani masalah-masalah pers, pemerintahan membentuk Dewan Pers pada tanggal 17 Maret 1950. Dewan pers tersebut terdiri dari orang-orang persuratkabaran. cendikiawan, dan pejabat-pejabat pemerintahan, dengan tugas:

  1. Penggantian undang-undang pers kolonial,
  2. Pemberian dasar sosial-ekonomis yang lebih kuat kepada pers Indonesia (artinya fasilitas-fasilitas kredit dan mungkin juga bentuan pemerintahan)
  3. Peningkatan mutu jurnalisme Indonesia,
  4.  Pengaturan yang memadai tantang kedudukan sosial dan hukum bagi wartawan Indonesia (artinya, tingkat hidup dan tingkat gaji, perlindungan hukum, etika jurnalistik, dan lain-lain).
Ciri-ciri pers pada masa revolusi
  • Hubungan Pemerintah dan Pers Terjalin Baik
  • Harus Menjaga Kepentingan Publik
  • Pembatasan Pers

ERA DEMOKRASI LIBERAL (1949 – 1959)

Masa Demokrasi Liberal adalah masa di antara tahun 1950 sampai 1959. Pada waktu itu Indonesia menganut system parlementer yang berpaham liberal. Pers nasional saat itu sesuai dengan alam liberal yang sangat menikmati adanya kebebasan pers. Pers nasional pada umumnya mewakili aliran politik yang saling berbeda. Fungsi pers dalam masa pergerakan dan revolusi berubah menjadi pers sebagai perjuangan kelompok partai atau aliran politik.

Awal pembatasan pers di masa demokrasi liberal adalah efek samping dari keluhan wartawan terhadap pers Belanda dan Cina, namun pemerintah tidak membatasi pembreidelan pers asing saja tetapi terhadap pers nasional. Demokrasi liberal berakhir ketika Orde Lama dimulai. Era demokrasi liberal adalah sejak Pemilu 1955 hingga Dekrit Presiden 1959.

Tindakan pembatasan pers terbaca dalam artikel Sekretaris Jenderal Kementerian Penerangan, Ruslan Abdulgani, antara lain….”khusus di bidang pers beberapa pembatasan perlu dilakukan atas kegiatan-kegiatan kewartawanan orang-orang asing….”

Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950.

Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran politik yang saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang melampaui batas-batas kesopanan.

Ciri-Ciiri pers masa demokrasi liberal
  • Memberi Perlindungan yang Keras Terhadap Pers Namun dalam Prakteknya Tidak
  • Pembatasan Terhadap Pers
  • Adanya Tindakan Antipers

ERA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1966)

Masa demokrasi terpimpin, partai politik maupun organisasi politik tidak bisa lepas dari pers. Partai politik telah menggunakan pers dalam mendukung maupun menjadi oposisi dari pemerintahan yang berkuasa. Sistem kekuasaan masa demokrasi terpimpin juga mempengaruhi fungsi pers, yang lebih banyak bersifat sebagai corong kekuasaan pemerintah yang berkuasa, sehingga fungsi pers sebagai kontrol sosial tidak nampak bahkan hilang.

Pers memiliki hubungan yang sangat erat dengan organisasi politik maupun partai politik dari pertamakalinya pers dikelola oleh para jurnalis Indonesia. Hubungan ini berkaitan dengan fungsi pers sebagai penyebar informasi dan alat propaganda yang efektif bagi partai politik dalam mengkampanyekan program serta tujuan partai tersebut. Masa demokrasi liberal hingga demokrasi terpimpin pers sangat berperan bagi kelangsungan kampanye partai politik, hampir setiap partai politik memiliki surat kabar baik yang terbit harian maupun mingguan serta bulanan. Surat kabar ini dikelola sama baiknya dengan surat kabar umum yang tidak berafiliasi dengan partai politik dan bahkan menjadi alat pemasukan dana bagi partai politik. Partai-partai politik yang memiliki surat kabar seperti PKI, Masyumi, PNI, NU dan lain sebagainya sangat gencar melakukan kampanye melalui media massa.

Ciri-Ciri Pers Masa Demokrasi Terpimpin
  • Tidak Adanya Kebebasan Pers
  • Adanya Ketegasan Terhadap Pers
  • Pemerintah Mengontrol Setiap Kegiatan Pers

ERA ORDE BARU (1966 - 21 Mei 1998)

Pada masa kepemimpinan Orde Baru, kebebasan pers sangatlah terbatas. Tak terhitung banyaknya organisasi pers yang mengalami pembredelan karena terlalu keras dalam mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah. Hal ini terjadi karena pada masa Orde Baru, stabilitas politik nasional sangatlah penting guna mendukung lancarnya proses pembangunan nasional yang telah dirumuskan dan ditetapkan dalam GBHN.

Dapat dikatakan bahwa pers pada masa Orde Baru merupakan lembaga sosial dan bukan lembaga pemerintah atau sebagai corong pemerintah. Hal ini ditegaskan kembali dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 yang menyatakan bahwa : “Pers mempunyai hak kontrol, kritik, dan koreksi yang bersifat konstruktif. Dalam definisi tersebut terlihat pula bahwa pers di Indonesia juga harus memiliki idealisme yang ditunjukkan dengan pernyataan bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan nasional, bukan sekedar menjual berita untuk mencari keuntungan finansial

Pada awal kekuasaan orde baru, Indonesia dijanjikan akan keterbukaan serta kebebasan dalam berpendapat. Masyarakat saat itu bersuka-cita menyambut pemerintahan Soeharto yang diharapkan akan mengubah keterpurukan pemerintahan orde lama. Pemerintah pada saat itu harus melakukan pemulihan di segala aspek, antara lain aspek ekonomi, politik, social, budaya, dan psikologis rakyat. Indonesia mulai bangkit sedikit demi sedikit, bahkan perkembangan ekonomi pun semakin pesat. Namun sangat tragis, bagi dunia pers di Indonesia. Dunia pers yang seharusnya bersuka cita menyambut kebebasan pada masa orde baru, malah sebaliknya. Pers mendapat berbagai tekanan dari pemerintah. Tidak ada kebebasan dalam menerbitkan berita-berita miring seputar pemerintah. Bila ada maka media massa tersebut akan mendapatkan peringatan keras dari pemerintah yang tentunya akan mengancam penerbitannya.

Pemerintah Orde Baru memastikan bahwa semua media komunikasi, termasuk pers menjadi pro pemerintah, karena menganggap kebebasan pers tanpa kontrol pemerintah dapat menyebabkan gangguan stabilitas negara, kemananan dan kepentingan umum sehingga harus terus menerus dikontrol secara ketat. Sehingga dapat dikatakan selama Orde Baru, pers di Indonesia terus menerus menerima sikap represif pemerintah. Akibat kontrol pemerintah yang bersifat represif dalam pers, pada masa ini tidak ada pers yang bersikap independen dan berani mengkritisi pemerintah. Jika ada pers yang berani mengkritisai pemerintah atau menentang kebijakan pemerintah, maka konsekuensi yang didapatkan mulai dari pemberhentian pasokan kertas koran hingga penghilangan nyawa wartawan.

“Pada masa orde baru pers Indonesia disebut sebagai pers pancasila. Cirinya adalah bebas dan bertanggungjawab”. (Tebba, 2005 : 22). Namun pada kenyataannya tidak ada kebebasan sama sekali, bahkan yang ada malah pembredelan.

Tanggal 21 Juni 1994, beberapa media massa seperti Tempo, deTIK, dan editor dicabut surat izin penerbitannya atau dengan kata lain dibredel setelah mereka mengeluarkan laporan investigasi tentang berbagai masalah penyelewengan oleh pejabat-pejabat Negara. Pembredelan itu diumumkan langsung oleh Harmoko selaku menteri penerangan pada saat itu. Meskipun pada saat itu pers benar-benar diawasi secara ketat oleh pemerintah, namun ternyata banyak media massa yang menentang politik serta kebijakan-kebijakan pemerintah. Dan perlawanan itu ternyata belum berakhir. Tempo misalnya, berusaha bangkit setelah pembredelan bersama para pendukungnya yang anti rezim Soeharto.

Ciri-ciri pers pada masa orde baru
  • Kebebasan Terhadap Pers
  • Pers Masa itu Sangat Buram
  • Berkembangnya Dunia Pers

ERA REFORMASI (21 Mei 1998-sekarang)

Suatu pencerahan datang kepada kebebasan pers, setelah runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998. Pada saat itu rakyat menginginkan adanya reformasi pada segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya yang pada masa orde baru terbelenggu.

Ketika era reformasi tahun 1998 digulirkan di Indonesia, pers nasional bangkit dari keterpurukannya dan kran kebebasan pers dibuka lagi. Berbagai kendala yang membuat pers nasional "terpasung", dilepaskan. SIUUP (surat izin usaha penerbitan pers) yang berlaku di Era Orde baru tidak diperlukan lagi, siapa pun dan kapan pun dapat menerbitkan penerbitan pers tanpa persyaratan yang rumit. Dan juga  Undang-undang No. 40 tahun 1999 plus Kode Etik Jurnalistik (KEJ), memberi kebebasan seluasnya-luasnya kepada para penulis untuk ber­krea­si melalui coretan pena wartawan, meskipun kritis, tapi tetap da­lam ko­ridor hukum dan kode etik yang telah ada. Pers dalam era reformasi tidak perlu takut kehilangan ijin penerbitan jika mengkritik pejabat, baik sipil maupun militer. Dengan UU Pers diharapkan media massa di Indonesia dapat menjadi salah satu di antara empat pilar demokrasi.

Sayangnya, berkembangnya kebebasan pers juga membawa pengaruh pada masuknya liberalisasi ekonomi dan budaya ke dunia media massa, yang sering kali mengabaikan unsur pendidikan.

Kebebasan yang diperoleh seiring tumbangnya rezim Orde Baru membuat media massa Indonesia leluasa mengembangkan isi pemberitaan. Namun, di sisi lain, kebebasan tersebut juga sering kali tereksploitasi oleh sebagian industri media untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengabaikan fungsinya sebagai instrumen pendidik masyarakat. Hal itu jelas sekali terlihat pada media-media yang menyajikan berita politik dan hiburan (seks). Media-media tersebut cenderung mengumbar berita provokatif, sensasional, ataupun terjebak mengumbar kecabulan.

Sebagai dampak dari komersialisasi yang berlebihan dalam media massa saat ini, eksploitasi terhadap semua hal yang mampu membangkitkan minat orang untuk menonton atau membaca pun menjadi sajian sehari-hari.

Kebebasan pers sekarang yang dipimpin presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, negara dan bangsa kita membutuhkan kebebasan pers yang bertanggung jawab. Sebuah perpaduan ideal antara kebebasan pers dan kesadaran pengelola media massa, khususnya untuk tidak berbuat semena-mena dengan kemampuan, kekuatan serta kekuasaan media massa. Di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kebebasan pers Indonesia idealnya dibangun di atas landasan kebersamaan kepentingan pengelola media, dan kepentingan target pelayanannya, tidak peduli apakah mereka itu mewakili kepentingan negara (pemerintah), atau kepentingan rakyat.

Dalam kerangka kebersamaan kepentingan dimaksud, diharap aktualisasi kebebasan pers nasional kita, tidak hanya akan memenuhi kepentingan sepihak, baik kepentingan pengelola (sumber), maupun teratas pada pemenuhan kepentingan sasaran (publik media).

Pers harus tanggap terhadap situasi publik, karena ketidakberdayaan publik untuk mengapresiasikan pendapatnya kepada pemimpin pers harus berperan sebagai fasilitator untuk dapat mengapresiasikan apa yang diinginkan publik terhadap pemimpinnya dapat terwujud.

FENOMENA PERS YANG TERJADI SAAT INI

Pers Semakin Bebas tapi Semakin Tidak Jelas

Suasana kehidupan pers di Indonesia saat ini dinilai semakin bebas, namun semakin tidak jelas. "Kita boleh bangga kehidupan pers tanah air makin bebas namun kita juga harus cemas karena kebebasan pers itu semakin tidak jelas”.

Kebebasan pers saat ini dinilai hanya bermanfaat bagi pemilik dan pihak yang memiliki agenda politik.

"Sementara publik, hanya dimanfaatkan pers sebagai khalayak pasif yang tidak memiliki akses menentukan ke arah mana kebebasan pers itu hendak dituju," ujarnya.

Menurut Iswandi, situasi ini terjadi karena pers dinilai gagal mengatur dirinya sendiri terhadap kebebasan yang diperolehnya.

"Bagaimana pers bisa mengatur dirinya sendiri jika pemilik media punya agenda dan ambisi politik pribadi? Awak pers lebih takut pada pemilik dari pada publik,"ungkapnya.

Kondisi ini bisa lebih parah dari era pers otoriter. "Pada masa Orde Baru, memang ada tekanan dari negara tapi tekanan tersebut jelas untuk mengamankan kebijakan nasional. Saat ini, pers seolah bebas tanpa tekanan padahal tunduk pada pemilik. Pers kehilangan daya kritisnya saat pemilik atau elit yang dekat dengan pemilik tersangkut kasus korupsi atau tindak kriminal lainnya."

Dalam kondisi tidak jelas seperti ini menurut mantan anggota KPI Pusat tersebut, publik harus mengorganisasi dan konsolidasi.

"Sosmed bisa menjadi alternatif untuk mengimbangi media mainstream yang tidak jelas itu," katanya.
Share:

Rabu, 18 Juli 2018

TEKNOLOGI KOMUNIKASI DARI MASA KE MASA

Teknologi komunikasi dari masa ke masa

PRA-SEJARAH

  • Memori. Era dimana manusia masih berkomunikasi secara non verbal
  • Pictorial. Era Pralanguage atau vocal dimulai
  • Ideographic. Era dimana manusia mulai menggambar
  • Phonetic. Era dimana manusia sudah mulai menggunakan abjad huruf

Writing Era

Orang-oang Sumerians menggunakan tanah liat untuk membuat huruf. kemudian pada 1041 SM china menemukan dengan tipe mencetakan huruf dalam tablet tanah liat, dilanjutkan pada 1241 korea menemukan model dengan tipe mencetakan huruf menggunakan logam.

Printing Era

Pada saat itu Gunternberg menemukan mesin cetak. Konon katanya Gustenberg menemukan mesin press ini untuk mencetak kitab injil. Akan tetapi lama kelamaan mesin cetak itu dipakai. Pada tahun 1833, ketika Bunyamin Day meluncurkan surat kabar New York Sun, yang digunakan secara besar-besaran (masal) disambung pada tahun 1839 Daguerre melakukan praktek photografinya untuk digunakan dalam koran.

Telecommunication Era

Rogers mencatat era ini dengan mengambil moment pada saat Samuel Morse pada tanggal 24 Mei 1844 menemukan suatu cara menyampaikan pesan melalui kabel elektronika, belakangan dikenal dengan istilah telegraph.
Alexander G. Bell telah meneliti gagasan bagaimana mengirimkan dan mentransfer suara menjadi sinyal. Tahun 1874 saat dia mengerjakan telegraph, dia mengembangkan gagasan dasar yang baru yaitu telephone, yang menjadi tanda dimulainya era ini. Kehadirannya memicu para ahli untuk mengembangkan teknologi yang lebih baru, antara lain radio dan televisi.

Era Interactive

Rogers mencatat era ini berawal dari ditemukannya ENIAC, sebutan untuk Mainframe komputer yang memiliki lebih dari 18.000 tabung lampu vacuum, di tahun 1946 oleh sekelompok ilmuwan di Universitas Pensylvania.  Sepertiga abad kemudian penemuan ini dikembangkan lebih sederahana menghasilkan perangkat yang lebih kecil, lebih canggih dan lebih fleksibel dalam penggunaannya.
Share:

SOSIAL MEDIA: Apa keuntungan menggunakan sosial media?

SOCIAL MEDIA

Sosial media adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online.

Sosmed ini rata-rata cara kerjanya adalah dalam bentuk pengiriman pesan dari orang 1 ke orang yang lain dan tanpa di batasi ruang dan waktu, dengan  kata lain saling berinterkasi dan bersosialisasi secara online.

Fenomena Sosial Media

Sebagai manusia pasti membutuhkan informasi-informasi penting yang terjadi di Negara Indonesia, dengan adanya sosmed ini pasti orang-orang akan melakukan saling sharing informasi-informasi penting, jadi tidak akan kurang update.

Orang-orang menggunakan media sosial untuk melampiaskan segalanya mulai dari layanan konsumen hingga politik, namun kelemahannya adalah seringkali unggahan kita menyerupai stres yang tak ada habisnya.

What’s Social Media Good For ?

Ambient Intimacy (keakraban sekitar)

Twitter sering menanyakan  “Apa yang kau lakukan?”  dan kadang-kadang orang selalu menjawab pertanyaan tersebut, seperti makan siang, sedang jogging, atau membersihkan bak mandi, orang-orang bahkan sering merlaporkan kegiatan mereka setiap hari, memesan burger, duduk di genteng, atau naik bus.

Meskipun update status mereka yang seperti itu terdengar membosankan, orang-orang di twitter mulai menyadari apa yang saja dilakukan oleh teman, atau keluarga di sekitar kita yang menciptakan kesadaran dalam lingkungan sekitar

SHARING NEWS AND COMMENTARY (BERBAGI BERITA DAN KOMENTAR)

Karena layanan interaksi pengguna yang diberikan twitter, orang-orang semakin sering menggunakannya untuk berbicara tentang apa yang mereka tonton, dengarkan, dan pikirkan. Sehingga Twitter menjadi pemain kunci dalam ekonomi perhatian, mendistribusikan ide dan komentar tentang apa yang menarik perhatian orang-orang.

Breaking news and shared experiences (berita terkini dan berbagi pengalaman)

Twitter merupakan surat kabar waktu nyata didunia. Pada bulan januari 2009, ada kecelakan pesawat US Airways di sungai Hudson, secara kebetulan penumpang feri yang  lewat didekatnya telah mentwitter gambar dan komentar tersebut yang langsung menjadi topik hangat di twitter hingga para wartawan langsung mendatangi lokasi tersebut.

mind reading (membaca pikiran)

Twitter menjadi alat pembaca pikiran yang luar biasa, yang memungkinkan anda melihat bukan hanya apa yang dipikirkan individu, tetapi juga kelompok. Mulai dari mengungkapkan perasaan orang lain, isu hangat terbaru, hingga acara favorit anda

BUSNIESS CONVERSATION (PERCAKAPAN BISNIS)

Akhirnya, Twitter muncul sebagai saluran bisnis utama, yang memungkinkan perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, mitra, dan konstituen lainnya secara langsung yang bersifat pribadi dan publik.

Bisnis memantau apa yang dipikirkan orang tentang produk mereka, menanggapi perimntaan layanan pelanggan, melakukan percakapan dengan pemangku kepentingan, dan mengahsilkan uang melalui bebagai macam iklan kreatif.
Share:

FENOMENA APLIKASI (TIK TOK) & DAMPAKNYA DI MASYARAKAT

PENDAHULUAN

Latar belakang

Dengan semakin pesatnya perkembangan zaman, maka semakin banyak pula teknologi-teknologi yang diciptakan untuk mempermudah kebutuhan sehari-hari manusia. Beberapa tahun belakangan ini, internet menjadi suatu hal yang tidak bisa lepas dari budaya masyarakat yang baru. Melalui internet, masyarakat mampu membuat inovasi-inovasi yang bertujuan untuk memberikan kemudahan berkomunikasi serta wadah baru untuk mengekspresikan diri, contohnya lewat aplikasi video yang dapat dilihat secara global.

Tik Tok adalah nama salah satu aplikasi yang memberikan efek-efek spesial untuk video pendek sehingga terlihat menarik dan dapat ditonton oleh siapa saja selama kita memiliki jaringan internet. Semakin unik video yang dibagikan, maka semakin banyak pula yang ingin melihat video tersebut. Hal ini cenderung menyebabkan pengguna Tik Tok berani melakukan hal apapun demi meraih popularitas.

Dalam makalah ini, kami akan membahas dampak-dampak psikologi dan komunikasi yang dialami oleh para pengguna maupun penonton aplikasi Tik Tok. Dengan mengetahui akibat-akibat apa yang ditimbulkan apabila aplikasi Tik Tok ini dipergunakan secara negatif, maka kita dapat menghindari perubahan persepsi dan mental yang tidak sesuai dengan keinginan kita serta norma-norma masyarakat yang berlaku.

Tujuan

  • Mengetahui riwayat serta tujuan utama diciptakannya aplikasi Tik Tok.
  • Menganalisa dampak perubahan psikologi komunikasi yang dialami kalangan milenial jika terlalu sering menggunakan aplikasi Tik Tok.
  • Mengetahui apa saja manfaat aplikasi Tik Tok, mulai dari hal yang bersifat positif sampai negatif.
  • Mempelajari alasan dibaliknya pemblokiran Tik Tok yang dilakukan Kemenkominfo

Landasan Teori

Teori Jarum Hipodermik

Menurut teori jarum hipodermik, pesan digambarkan seperti sebuah peluru ajaib yang memasuki pikiran khalayak dan menyuntikkan beberapa pesan khusus. Teori ini juga menjelaskan bagaimana media mengontrol apa yang khalayak lihat dan apa yang khalayak dengar.

Digunakannya istilah jarum adalah untuk menggambarkan ketidakberdayaan khalayak massa sebagai dampak adanya pendapat umum atau opini publik yang dibangun oleh media massa sehingga menyebabkan perubahan perilaku pada khalayak massa.

Teori ini memiliki relevansi dengan kasus yang tengah kami bahas, yaitu fenomena Tik Tok yang sedang populer di kalangan kawula muda, khususnya Generasi Z (orang yang lahir diantara tahun 1995-2010).

Mayoritas pengguna aktif aplikasi Tik Tok adalah remaja berumur dibawah 18 tahun dan mereka adalah kalangan yang mudah dipengaruhi oleh kekuatan media massa. Mereka seringkali tidak menyaring terlebih dahulu pesan-pesan yang disampaikan oleh media, sehingga efek yang disampaikan oleh media semakin kuat. Hal itulah yang menyebabkan fenomena Tik Tok dan para penggunanya dicap negatif oleh masyarakat.

Teori Ekologi Media

Teori studi tentang bagaimana media dan proses komunikasi mempengaruhi persepsi manusia, perasaan, emosi, dan nilai teknologi yang mempengaruhi komunikasi melalui teknologi baru. Dalam prespektif teori ini, bukan pesan yang mempengaruhi kesadaran kita tetapi medium. Mediumlah yang lebih besar mempengaruhi bawah sadar kita. Medium membentuk pesan, bukan sebaliknya. Artinya media elektronik telah mengubah masyarakat secara radikal. Masyarakat sangat bergantung pada teknologi yang menggunakan media dan bahwa ketertiban sosial suatu masyarakat didasarkan pada kemampuannya untuk menghadapi teknologi tersebut.

Kaitan teori ini dengan kasus kami adalah bahwa aplikasi media online seperti Tik Tok juga ikut memiliki peran dalam pembentukan persepsi serta emosi manusia, khususnya bagi para pengguna aktifnya. Mereka yang aktif menggunakan aplikasi ini tentunya akan ikut terpengaruh dengan konten-konten yang berada didalam Tik Tok, sehingga perilaku-perilaku negatif yang ada didalamnya pun dapat dengan mudahnya mempengaruhi perubahan emosi dan pikiran para penggunanya.

Banyak yang berlomba-lomba untuk menjadi artis yang terkenal di aplikasi Tik Tok demi kepopuleran semata. Hal ini dapat mendorong para penggunanya untuk melakukan apapun untuk mencapai popularitas, termasuk hal yang kurang baik menurut norma dan masyarakat. Misalnya mengumbar aurat, melakukan hal-hal yang tidak wajar seperti meminum air dengan campuran bubuk deterjen karena dianggap tidak biasa sehingga dapat menarik perhatian, sampai melakukan tindakan asusila yang tidak pantas dikonsumsi masyarakat banyak. Para penggunanya pun mengalami dampak psikologi star-syndrome, yaitu sindrom yang terjadi akibat dari seseorang yang merasa terkenal atau popular, hebat dan sebagainya sehingga akhirnya menjadi lupa diri. Hal tersebut menimbulkan polemik bagi para penggunanya.

APA ITU TIK TOK?

Tik Tok, juga dikenal sebagai Douyin di Cina. Yang secara harfiah berarti ‘Teknik musik pendek’. Di luncurkan pada bulan september 2016 oleh Zhang Yiming, dan di kembangkan menggunakan kecerdasan buatan besutan ByteDance, dan aplikasi ini di patenkan di bawah naungan BYTEMOD.

Para pengguna di dorong untuk berimajinasi sebebas-bebasnya dan menyatakan ekspresinya dengan bebas dan nantinya bisa dibagikan ke teman atau ke seluruh dunia.

Aplikasi ini menghadirkan special effects yang menarik dan mudah digunakan sehingga semua orang bisa menciptakan sebuah video yang keren dengan mudah. Special effects tersebut di antaranya efek shaking and shivering pada video dengan electronic music, mengubah warna rambut, 3D stickers, dan properti lainnya. Sebagai tambahan, kreator dapat lebih mengembangkan bakatnya lagi dan membuka dunia tanpa batas hanya dengan memasuki perpustakaan musik lengkap Tik Tok.

Dengan memberdayakan pemikiran-pemikiran yang kreatif sebagai bentuk revolusi konten, menjadikan aplikasi ini sebagai sebuah wadah baru dalam berkreasi bagi para online content creators di seluruh dunia

RIWAYAT SINGKAT

Awalnya Tiktok membawa sebuah tantangan kreasi video viral “Fool in Love” yang diluncurkan bertepatan dengan April Mop. Pada saat itu para pengguna tiktok di korea selatan mengunggah video iseng dan lucu dengan tagar #foolinlove.

Dalam 48 jam sejak tantangan berlangsung, lebih dari 16.000 Tiktoker di seluruh Asia telah membuat satu dari tantangan kreasi video ini dengan total lebih dari 15 juta view, dan disebarluaskan lebih dari 240.000 kali di Facebook, Instagram dan sosial media lainnya dengan tagar #foolinlove.

Pada bulan Juni 2018 aplikasi ini sudah memiliki 150 juta pengguna aktif setiap hari. Tik Tok sudah diakui sebagai platform video singkat terkemuka di Asia, dan telah memantapkan dirinya sebagai aplikasi yang tumbuh paling cepat di dunia, dengan komunitas video musik terbesar secara global.

Karena popularitas dan pengaruh sosialnya yang luar biasa, aplikasi ini telah melahirkan banyak tren viral di seluruh dunia, dan dikenal sangat populer di kalangan selebriti.

TUJUAN UTAMA APLIKASI

Tempatnya para komunitas pencipta video singkat, yang dilengkapi dengan beragam musik. Aplkasi tersebut diakui sebagai wadah bagi para penggunanya untuk menampilkan beragam hal menarik yang bisa dicurahkan dari imajinasi mereka.

Dengan demikian, imajinasi para penggunanya dalam menciptakan tarian ataupun performa unik bisa dicurahkan ke aplikasi Tik Tok, dengan cara yang dianggap lebih cepat dan lebih mudah. Dan, aplikasi tersebut bisa dibagikan kepada teman mereka atau bahkan pengguna lain di seluruh dunia.

Jadi, tujuan awal dari aplikasi tersebut adalah untuk menjadi wadah pengguna untuk berekspresi sesuai dengan imajinasi mereka untuk mencipatan sebuah karya yang kreatif. Namun, nampaknya imajinasi para penggunanya terlalu liar, yang pada akhirnya menciptakan fenomena aneh di tahun 2018 ini.

DAMPAKNYA DIMASYARAKAT

SISI POSITIF: MENIMBULKAN KREATIFITAS

Aplikasi video ini membuat penggunanya bisa berkreasi seperti menyanyi, menari bahkan bermain sulap menggunakan efek-efek khusus. Semuanya mengandalkan kreativitas saja agar bisa menghasilkan video yang apik, ciamik dan menarik.

Dengan menggunakan aplikasi Tik Tok. kita bisa mengeluarkan kreativitas kita lebih banyak lagi. Misalnya seperti bernyanyi, dubbing, lipsing, membuat konten-konten seru yang unik, sampai menjadi seorang influencer seperti artis, selebgram, bloger, youtuber, dan lainnya.

Namun di antara semua anak muda di dunia ini, ada satu pengguna Tik Tok yang belakangan ini cukup menyita perhatian warganet.

Namanya adalah Hari Kutty dari Theni, India. Video Tik Tok kreasinya bahkan dinobatkan warganet sebagai yang terbaik di dunia.  Dikutip dari Instagram pribadinya, @harikutty001, pemuda ini mengatakan saat membuat video itu dia menggunakan sembilan HP sekaligus untuk membuat urutan adegannya setelah yang pertama.

Tampaknya itu hal yang sangat sulit yang membuatnya hampir menyerah. Dia bahkan harus memastikan kesembilan HP itu memiliki daya baterai yang cukup dan tak ada panggilan masuk saat proses pembuatannya. Sayangnya, ada beberapa orang yang menelponnya saat itu, membuat prosesnya terganggu dan hal itu membuatnya kesal.

Namun demi menghasilkan video Tik Tok yang bagus dan menghibur, dia bahkan rela mengulanginya lagi dan bersabar hingga semuanya beres. Banyak warganet salut dan memuji hasil kreaativitasnya.

Membuat video Tik Tok yang unik dan menyenangkan memang wajar saja dan hak dari semua orang yang menyukainya. Namun, perlu cerdas-cerdas dalam membuatnya ya, sehingga tujuan adanya aplikasi ini benar-benar tercapai, yaitu untuk menciptakan kreatifitas. Jangan sampai keinginan membuat video Tik Tok malah merugikan diri sendiri atau orang lain.

SISI NEGATIF: LANGKAH KILAT MENJADI VIRAL

Digunakan oleh hampir semua kalangan, aplikasi ini sukses membius kalangan milenial.
Banyak kasus yang muncul karena "kecanduan" aplikasi ini. Sehingga Tik Tok membuat penggunanya, terutama remaja, haus eksis demi mengejar "viralitas".

Masih ingatkah kejadian beberapa bulan yang lalu, seorang anak perempuan menggunggah video TikTok bersama jenazah kakeknya? Si anak perempuan ini sempat menghapus video tersebut beberapa saat namun mengunggahnya kembali sehingga videonya menjadi viral, bahkan ketika video ini menjadi viral, ditengah hujatan dan bully-an dari para netizen, si anak perempuan ini malah menantang warganet agar videonya mencapai 1 juta views.

Ada lagi kisah lain yang berasal dari Negeri Tirai Bambu. Seorang balita berusia dua tahun yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, dilaporkan mengalami luka serius. Bocah malang ini cedera akibat ulah konyol sang ayah yang melakukan gerakan berbahaya yang ia lihat di Tik Tok. Tanpa sengaja ia menjatuhkan buah hatinya ketika ia mencoba membalikkan tubuh sang anak 180 derajat.

Insiden nahas yang terjadi di berbagai tempat di dunia memaksa produsen Tik Tok untuk menyisipkan tombol "do not attempt" pada klip yang menampilkan adegan berbahaya.

Di lansir dari Liputan6.com, Seorang siswi SMA berusia 15 tahun mengatakan, dia memeriksa aplikasi setiap 10 menit karena video-video lucu itu membantunya menghilangkan stres. Tetapi ketika mereka menerima komentar negatif, mereka merasa tidak bahagia. "Para pembenci pergilah" adalah kata-kata yang kerap disisipkan di profil mereka.

"Dibandingkan dengan Facebook dan Instagram, saya memiliki lebih banyak 'like' di sini," ungkap seorang gadis remaja. Dia memposting lebih dari 650 video yang mendapatkan 35.400 like dan memiliki lebih dari 2.000 pengikut.

Tetapi Dr. Elda Chan Mei-lo, seorang supervisor di ‘Rumah sakit Tung Wah Group’, memperingatkan bahwa kaum muda yang mengevaluasi diri mereka sendiri melalui jumlah "like" di media sosial bisa menimbulkan risiko serius.

"Jumlah 'like' yang Anda dapat tidak menunjukan bahwa Anda adalah pribadi yang menyenangkan," kata Chan

Pro dan kontra

  • Disalah gunakan
Pada mulanya, Tik Tok adalah aplikasi untuk bersenang-senang semata. Namun, sebagian besar anak muda malah menyalahgunakan aplikasi ini. Hal itu membuat banyak orang yang meminta aplikasi ini di blokir di Indonesia.
  • Dapat Cap alay
Tak semua orang menyukai aplikasi ini. Sebagian orang menganggap pengguna aplikasi ini adalah orang "alay". Tak heran, jika para pengguna aplikasi Tik Tok kerap mendapat kritikan dan cacian.
  • Jadi hal lucu
Meski dianggap alay dan sering dibanjiri cacian, sebagian menganggap aplikasi ini masih wajar. Pasalnya, sebagian pengguna membuat konten lucu yang menghibur.

HOT NEWS

Tik Tok Diblokir Kominfo

Dilansir oleh CNN Indonesia -- Delapan Domain Name System (DNS) Tik Tok diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara membenarkan pemblokiran tersebut. "Iya, Tik Tok sudah diblokir siang tadi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Berdasarkan informasi yang didapat CNNIndonesia.com, sejak siang tadi, Selasa (3/7) Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melakukan pemblokiran delapan DNS Tik Tok. Selama sebulan terakhir, Kominfo telah mengawasi Tik Tok dan menerima laporan dari masyarakat.

Kenapa aplikasi Tik Tok diblokir pemerintah?

Pemerintah Indonesia secara resmi memblokir aplikasi Tik Tok karena aplikasi tersebut disebut melanggar banyak pelanggaran. Pemblokiran didasari hasil pemantau tim AIS Kominfo, pelaporan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Kemen PPA), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), serta masyarakat luas sebanyak 2.853 laporan. Pelanggaran konten yang ditemukan antara lain pornografi, asusila, pelecehan agama, dan lain-lain.

Dikutip dari Kompas.com, Semuel mengatakan, pemblokiran bersifat sementara sampai ada perbaikan dan pembersihan konten-konten ilegal dari pihak Tik Tok. "Setelah bersih ada jaminan untuk menjaga kebersihan kontennya, Tik Tok bisa kami buka kembali," terang pria yang akrab disapa Chief RA ini.

REAKSI WARGANET

Warganet pun berbeda pendapat soal pemblokiran Tik Tok. Ada yang setuju karena beberapa konten yang dianggap tidak layak.

    "Setuju TikTok diblokir. Tapi mengecam cyberbullying terhadap penggunanya. Kesian, itu mereka masih di bawah umur semua lho. Masih butuh arahan." — Ariy (@ariysoc) 3 Juli 2018

    "Pasti ga asing lg kan sama tiktok. Coba search dgn keyword 'aplikasi goblok' di google play, pasti nongol. Belakangan ga sedikit org yg mengusulkan agar apk ini diblokir. Aku? Setuju. Karena apk ini banyak mudharat-nya (esp. untuk kids zaman now Indonesia)." — MDaydreamer🍃 (@gistyaa_) 3 Juli 2018.

Yang tidak setuju berpendapat bahwa ada fitur pelaporan di dalam aplikasi yang seharunya bisa digunakan.

    "gw ga setuju tiktok diblokir. ini sama aja kayak ngeblokir tumblr karena konten yg diposting usernya." — ァ (@inganggita) 3 Juli 2018

    "Gua gak setuju TIKTOK diblokir. Kenapa? Karena YouTube, Instagram, Facebook, dan Twitter ngga diblokir pas ada konten yang lebih buruk dari sekadar permasalahan bowo dan goyang dua jari. Mau nanya? Terus Fungsi report ( melaporkan ) buat apa?" — Derry Al-fiqri (@drlfqr) 2 Juli 2018

KESIMPULAN

Tik Tok memang dibuat sebagai media entertain baik bagi penggunanya maupun yang lagi nonton, platform ini bagus untuk melatih kreativitas para penggunanya sehingga bisa menjadi online content creator yang keren apalagi jika bisa menambahkan bakat lain seperti dance misalnya, tapi akan menjadi tidak tepat jika bermain TikTok untuk mengejar viralitas dengan segala cara termasuk goyang vulgar dan kegiatan kurang beradab lainnya.

Lama-kelamaan aplikasi ini tidak hanya memenuhi kebutuhan penggunanya sebagai kegiatan melatih kreativitas tetapi juga untuk keperluan narsistik bagi mereka yang sudah kecanduan. Narsistik adalah kepribadian yang butuh dirinya untuk diakui dan dikagumi karena merasa dirinya istimewa.

Menurut kami, orang narsis bukanlah orang yang jahat, annoying mungkin iya, satu-satunya respon yang tepat terhadap orang seperti ini adalah bukan dengan membenci melainkan merasa kasihan, karena sebenarnya dibalik sifat superiornya mereka adalah pribadi yang sangat rapuh. Mangkanya mereka membentengi diri dengan rasa percaya diri yang seolah-olah tinggi padahal butuh diperhatikan salah satunya ya dengan main TikTok tampa melihat dampak yang akan terjadi.

Jadi, sebenernya TikTok itu gak salah, cuma para penggunanya aja yang kadang tidak bisa mengontrol diri.


DAFTAR PUSTAKA

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya bagi para pihak yang telah membantu kami menyelesaikan karya ilmiah ini.

  • Paulasampdoria. “Demam TikTok: Antara Kreatif & Narsistik”
  • Adhitya Wibawa Putra. “Tik Tok – Sosial Media Berbasis Video Yang Sedang Sangat Populer
  • Aulia Adam. “Selamat Tinggal Generasi Milenial, Selamat Datang Generasi Z”
  • Diana Raden Ayu. “Apa yang dimaksud dengan teori MEDIUM dalam ilmu komunikasi"
  • Muhammad Abdillah. “Jerat Star Syndrome dan Mempertahankan Kesuksesan"
  • Pakarkomunikasi.com. “Teori Jarum Hipodermik – Asumsi – Konsep – Kritik”
  • Firmauli Sihaloho. “Inilah 7 Fakta Aplikasi Tik Tok yang Sedang Viral dan Menuai Pro-Kontra"
  • Afra Augesti. “Petaka Tik Tok di Penjuru Dunia, Terjang Bahaya Demi Dapat 'Like'”
  • Amelia Prisilia. “Booming Goyang Dua Jari, Tik Tok Bentuk Kreatifitas atau Aneh?”
  • Yayu Fathilal. “Video Tik Tok Hari Kutty dari India ini Dinobatkan sebagai yang Terbaik di Dunia, Begini Prosesnya.”
  • Agnes Savithri. “Tik Tok Diblokir Kominfo”

Share:

Selasa, 17 Juli 2018

Google Duplex, Robot Virtual Masa Depan...!!!

Waktu tahun 2016 saya pernah menonton film seri terbaru dari Terminator yaitu Terminator Genisys.. Diceritakan pada tahun 2017 akan muncul teknologi baru yang disebut Skynet, dijelaskan bahwa manusia sangat bergantung dengan gadget dikehidupan mereka dari transportasi, pelayanan masyarakat, hingga rumah sakit, semuanya terhubung dengan Skynet. Dan manusia sangat bergantung terhadap teknologi. Dan juga ada lagi film I Robot, diceritakan bahwa semua manusia memiliki tenaga pembantu yang serba bisa yaitu robot.

Meskipun itu cerita fiksi saya sempat berpikir bahwa film itu ada benarnya juga karna suatu saat semua kegiatan manusia bisa dibantu oleh teknologi, dan yah sekarang hal itu benar-benar terjadi di seluruh dunia.

Bahkan pada tanggal 18 mei lalu disebuah seminar Google I/O 2018 diadakan di California dikenalkan sebuah Google Duplex ini adalah AI (Artificial intelligence) atau disebut kecerdasan buata yang berfungsi sebagai asisten seperti Apple Siri, Microsoft Cortana, dan Google Assisten hanya saja, Google Duplex jauh lebih canggih.

Google Duplex bisa membuat panggilan suara! AI ini dapat digunakan untuk memesan tempat, mengatur janji, bahkan mengatur pertemuan untuk jasa tertentu, seperti di salon atau restoran.

Steve Streza  menjelaskan bahwa inti dari sistem ini adalah jaringan neural yang dirancang untuk mengatasi tantangan, seperti mengobrol. Google Duplex sudah dilatih dan belajar berkali-kali untuk melakukan panggilan telepon. Tidak hanya itu, Google Duplex juga dilatih untuk mengerti percakapan yang dilakukan.

Hal yang membuat Google Duplex makin keren, dalam perkembangannya saat ini, ia sudah mampu berinteraksi dengan baik, mengerti konteks yang sedang diperbincangkan dengan lawan bicara, hingga sudah makin mirip manusia saat berbicara.

Cara kerja penggunaan Google Duplex kira-kira seperti ini. Kamu meminta Google Duplex untuk melakukan pemesanan di sebuah restoran, misalnya. Kemudian, Google Duplex bakal menelepon restoran yang ingin kamu pesankan tempat. Nantinya, Google Duplex bisa membuat reservasi sesuai permintaan kamu, misalnya jam 6 sore. Nah, apabila reservasi untuk jam 6 sudah penuh, nantinya Google Duplex bisa membantu mencarikan jam lain! Setelah reservasi sudah selesai dilakukan, kamu akan menerima notifikasi!

Bagi si penerima telepon, saking canggihnya Google Duplex, sampai tidak menyadari bahwa sedang mengobrol dengan AI! Hal tersebut dibuktikan di ajang Google I/O 2018 lalu.
Bagi Google, ini merupakan cara yang baik untuk mengumpulkan data. Google Duplex bisa menanyakan waktu buka tidak umum sebuah toko saat liburan. Informasi tersebut kemudian bisa dituliskan di situs online Google.

Pihak Google menyatakan bahwa hal ini bisa menguntungkan bisnis dengan mengurangi jumlah telepon dari pelanggan di kala libur hanya untuk menanyakan jam buka.

Bagi kamu, Google Duplex dapat menghemat waktu. Kamu jadi tidak perlu menelepon sendiri untuk melakukan reservasi! Minta saja Google Duplex, kamu bisa langsung mengerjakan kegiatan lain sambil menunggu hasil dari Duplex.

Google Duplex bakal dirilis dalam waktu dekat ini sebagai eksperimen. Nantinya, Google Duplex akan menjadi bagian dari Google Assistant. Meski begitu, Google menyadari begitu banyaknya pro dan kontra mengenai Google Duplex. Oleh karena itu, mereka berjanji untuk melakukan beberapa perubahan sebelum Duplex benar-benar dirilis.

Sebagai contoh, Google akan membuat penerima telepon lebih mudah menyadari bahwa Duplex lah yang sedang berbicara dengan mereka, bukan manusia sesungguhnya.

Saat ini Google Duplex hanya bisa melakukan tugasnya atas kehendak manusia. Suatu saat mungkin Google Duplex bisa menjawab atau melakukan panggilan telpon secara otomatis saat kita sibuk. Kek di film-film gitu.

Saya mengira kedepannya, Google Duplex tidak hanya digunakan untuk urusan booking-membooking saja. Tapi bisa dipasang pada mobil misalnya. Jika mobil mengalami kecelakaan, maka Google Duplex bisa secara otomatis melakukan panggilan ke rumah sakit untuk mengirimkan ambulan. Atau jika dipasang dirumah untuk keamanan, jika rumah kebakaran atau kemalingan Google Duplex bisa melakukan panggilan darurat.

Saya yakin suatu saat perusahaan-perusahaan yang memiliki Call Center agar memanfatkan Google Duplex untuk menangani customer/klien. Pada perusahaan leasing misalnya. Bisa memanfaatkan Google Duplex untuk menelpon dan mengingatkan customer-customer yang telat membayar cicilan angsuran mobil atau motor.
Share: